Usaha Kelapa Sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL)
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan perkebunan.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) adalah salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. AAL tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Astra International sebagai pemegang saham utama sebesar 79,7%.
Dalam menjalankan usahanya secara berkelanjutan AAL fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen; riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 2010.
AAL berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan keterbatasan pasokan di pasar yang diakibatkan oleh meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah pemeliharaan lingkungan.
Sejarah Astra Agro Lestari Tbk dapat ditelusuri kembali ke sekitar 30 tahun yang lalu saat PT Astra International, mendirikan unit usaha pertanian untuk mengembangkan perkebunan ubi kayu di areal seluas 2.000 hektare (ha).
Seiring permintaan pasar, unit usaha itu melakukan alih usaha berubah menjadi perkebunan karet. Selanjutnya, melihat prospek yang bagus di bisnis kelapa sawit, anak usaha Astra ini memutuskan menggarap bisnis di segmen tersebut tahun 1984 dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki total luas 15.000 ha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau.
Tonggak sejarah Astra Agro terjadi pada 1988, ketika Astra International membuat segmen kelapa sawit dari unit bisnis sebagai entitas baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Selanjutnya, pada tahun 1989, nama anak perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Kemudian pada tahun 1997, PT Astra Agro Niaga melakukan merger dengan Suryalaya Bahtera dan berubah nama jadi Astra Agro Lestari.
Sebagai bagian dari grup besar, Astra Agro ingin menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Akhirnya pada Desember 1997, Astra Agro Lestari menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian merger dan bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain mewujudkan good corporat governance (GCG), langkah go public Astra Agro juga sebagai bentuk menggalang dana dari pasar modal. Saat penawaran umum perdana (IPO), Astra Agro menawarkan 125.800.000 saham kepada masyarakat dengan harga Rp1.550 per saham. Kini, saham emiten berkode AALI ini bertengger di kisaran Rp23.000.
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan panghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO) yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng, margarine, sabun, perlengkapan kosmetik, atau pupuk.
Bermula dari 2.000-an ha lahan di Riau, lahan perkebunan kelapa sawit Astra Agro kini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Saat ini total pabrik pengolahan Astra Agro dan anak usaha memiliki kapasitas produksi 940 ton tandan buah per jam dan 600 ton kernel per hari dan 300 ton CPO per hari. Keseluruhan proses produksi itu dikerjakan melalui anak usaha yang meliputi PT Sari Lembah Subur, PT Eka Dura Indonesia, PT Tunggal Perkasa Plantations, hingga PT Sawit Asahan Indah.
Total kapasitas produksi itu belum memperhitungkan dua pabrik baru yang dibangun pada tahun 2012 yang berlokasi di Kalimantan dan Sulawesi.
Direktur Astra Agro, Santosa mengungkapkan, pabrik itu dirancang berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Nilai investasi untuk satu pabrik berkisar Rp100 miliar hingga Rp120 miliar.
Menurut Santosa, AALI perlu membangun pabrik untuk mendukung sektor hulu. "Diharapkan, dua pabrik ini bisa beroperasi dalam lima tahun mendatang," kata dia.
Dua proyek ini merupakan kelanjutan dari ekspansi produksi AALI pada tahun-tahun sebelumnya, yakni pembangunan dua PKS di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Timur (Kaltim). Dua pabrik yang beroperasi penuh awal 2012 memiliki kapasitas masing-masing 45 ton per jam, dan 30 ton per jam.
Melihat gerak ekspansi perusahaan, tak heran hingga semester I-2012 Astra Agro Lestari membukukan pendapatan Rp5,65 triliun atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp5,3 triliun.
Dari total pemasukan tersebut, pendapatan yang berhasil dibukukan dari penjualan minyak sawit mentah sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp5,08 triliun. Nilai ini meningkat 11,89% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,54 triliun.
Kenaikan pendapatan Astra Agro tidak sekedar karena kenaikan harga CPO, melainkan beriringan dengan bertambahnya volume. Hingga akhir semester pertama tahun 2012, Astra Agro berhasil meningkatkan volume penjualan CPO sebesar 13,7 persen menjadi 644.439 ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya se banyak 566.774 ton.
Beberapa anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL). telah menggunakan mobil FIN Komodo sebanyak lebih dari 50 (lima puluh unit) FIN Komodo, yang terus bertambah sesuai degan kebutuhan sejak pertengahan tahun 2012, dimana FIN Komodo digunakan sebagai operasional di Perkebunan Kelapa Sawit, terutama sekali digunakan sebagai perbaikan jalan di area perkebunan Kelapa Sawit.
Berikut ini adalah testimoni dari pengguna FIN Komodo di di salah satu anak perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT Astra Agro Lestari, yang berlokasi di daerah Mamuang, dan dibandingkan dengan cara perawatan jalan yang biasa dilakukan Group Astra Agro Lestari, dengan menggunakan FIN Komodo bisa menghemat hampir 90% ditinjau dari investasi dan biaya operasionalnya:
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) adalah salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. AAL tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Astra International sebagai pemegang saham utama sebesar 79,7%.
Dalam menjalankan usahanya secara berkelanjutan AAL fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen; riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 2010.
AAL berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan keterbatasan pasokan di pasar yang diakibatkan oleh meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah pemeliharaan lingkungan.
Sejarah Astra Agro Lestari Tbk dapat ditelusuri kembali ke sekitar 30 tahun yang lalu saat PT Astra International, mendirikan unit usaha pertanian untuk mengembangkan perkebunan ubi kayu di areal seluas 2.000 hektare (ha).
Seiring permintaan pasar, unit usaha itu melakukan alih usaha berubah menjadi perkebunan karet. Selanjutnya, melihat prospek yang bagus di bisnis kelapa sawit, anak usaha Astra ini memutuskan menggarap bisnis di segmen tersebut tahun 1984 dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki total luas 15.000 ha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau.
Tonggak sejarah Astra Agro terjadi pada 1988, ketika Astra International membuat segmen kelapa sawit dari unit bisnis sebagai entitas baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Selanjutnya, pada tahun 1989, nama anak perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Kemudian pada tahun 1997, PT Astra Agro Niaga melakukan merger dengan Suryalaya Bahtera dan berubah nama jadi Astra Agro Lestari.
Sebagai bagian dari grup besar, Astra Agro ingin menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Akhirnya pada Desember 1997, Astra Agro Lestari menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang kemudian merger dan bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain mewujudkan good corporat governance (GCG), langkah go public Astra Agro juga sebagai bentuk menggalang dana dari pasar modal. Saat penawaran umum perdana (IPO), Astra Agro menawarkan 125.800.000 saham kepada masyarakat dengan harga Rp1.550 per saham. Kini, saham emiten berkode AALI ini bertengger di kisaran Rp23.000.
Astra Agro Lestari merupakan perusahaan panghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Kernel Palm Oil (KPO) yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan minyak goreng, margarine, sabun, perlengkapan kosmetik, atau pupuk.
Bermula dari 2.000-an ha lahan di Riau, lahan perkebunan kelapa sawit Astra Agro kini tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Saat ini total pabrik pengolahan Astra Agro dan anak usaha memiliki kapasitas produksi 940 ton tandan buah per jam dan 600 ton kernel per hari dan 300 ton CPO per hari. Keseluruhan proses produksi itu dikerjakan melalui anak usaha yang meliputi PT Sari Lembah Subur, PT Eka Dura Indonesia, PT Tunggal Perkasa Plantations, hingga PT Sawit Asahan Indah.
Total kapasitas produksi itu belum memperhitungkan dua pabrik baru yang dibangun pada tahun 2012 yang berlokasi di Kalimantan dan Sulawesi.
Direktur Astra Agro, Santosa mengungkapkan, pabrik itu dirancang berkapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Nilai investasi untuk satu pabrik berkisar Rp100 miliar hingga Rp120 miliar.
Menurut Santosa, AALI perlu membangun pabrik untuk mendukung sektor hulu. "Diharapkan, dua pabrik ini bisa beroperasi dalam lima tahun mendatang," kata dia.
Dua proyek ini merupakan kelanjutan dari ekspansi produksi AALI pada tahun-tahun sebelumnya, yakni pembangunan dua PKS di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Timur (Kaltim). Dua pabrik yang beroperasi penuh awal 2012 memiliki kapasitas masing-masing 45 ton per jam, dan 30 ton per jam.
Melihat gerak ekspansi perusahaan, tak heran hingga semester I-2012 Astra Agro Lestari membukukan pendapatan Rp5,65 triliun atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp5,3 triliun.
Dari total pemasukan tersebut, pendapatan yang berhasil dibukukan dari penjualan minyak sawit mentah sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp5,08 triliun. Nilai ini meningkat 11,89% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,54 triliun.
Kenaikan pendapatan Astra Agro tidak sekedar karena kenaikan harga CPO, melainkan beriringan dengan bertambahnya volume. Hingga akhir semester pertama tahun 2012, Astra Agro berhasil meningkatkan volume penjualan CPO sebesar 13,7 persen menjadi 644.439 ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya se banyak 566.774 ton.
Beberapa anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL). telah menggunakan mobil FIN Komodo sebanyak lebih dari 50 (lima puluh unit) FIN Komodo, yang terus bertambah sesuai degan kebutuhan sejak pertengahan tahun 2012, dimana FIN Komodo digunakan sebagai operasional di Perkebunan Kelapa Sawit, terutama sekali digunakan sebagai perbaikan jalan di area perkebunan Kelapa Sawit.
Berikut ini adalah testimoni dari pengguna FIN Komodo di di salah satu anak perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT Astra Agro Lestari, yang berlokasi di daerah Mamuang, dan dibandingkan dengan cara perawatan jalan yang biasa dilakukan Group Astra Agro Lestari, dengan menggunakan FIN Komodo bisa menghemat hampir 90% ditinjau dari investasi dan biaya operasionalnya:
Dibawah ini adalah untuk Aplikasi Penyiraman Pupuk Cair dan Penyiraman Cairan Pembunuh Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan FIN Komodo
Komentar
Posting Komentar