Tips Merangsang Potensi Otak Anak-anak
Seringkali ditemui seorang anak yang sudah berjam-jam membaca catatan atau buku pelajaran sekolah tapi tak satupun kalimat bisa dihapalnya. Ada juga yang kelihatan duduk anteng di kelas mendengarkan penjelasan guru tapi setelah selesai pelajaran tidak ada ingat sedikitpun semua hal yang dijelaskan guru sejak awal tadi.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Salah satunya adalah karena cara belajar yang salah. Menurut Bobby Hartanto, M.Psi, pakar bidang sumber daya manusia, masih banyak guru dan orangtua yang belum memahami gaya belajar anak.
"Ada orang-orang yang lebih mudah mengingat bila materi pelajaran diberikan lewat gambar, ada juga yang lebih suka mendengarkan, dan ada yang lewat gerakan. Beda gaya belajarnya, beda pula stimulasinya," katanya dalam acara seminar mengenai tumbuh kembang anak yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta (22/7).
Untuk anak-anak yang memiliki gaya belajar auditori, anak sudah cukup menangkap pelajaran dengan mendengarkan penjelasan guru. Namun anak tipe visual memerlukan gambar-gambar peraga. Sebaliknya dengan anak tipe kinestetik yang membutuhkan gerakan atau rabaan.
"Sebenarnya akan lebih baik kalau semua aspek tersebut dipakai. Karena makin varitif caranya, makin mudah anak mengingat materi yang disampaikan," paparnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua dan pendidik adalah memahami bagaimana cara kerja otak. "Otak manusia menyukai warna dan gambar. Karena itulah sebuah gambar akan bermakna lebih dari 1000 kata," urainya.
Untuk menyampaikan pesan atau nilai tertentu, Bobby menyarankan agar diberikan dalam bentuk poster bergambar dan berwarna. Misalnya untuk menyampaikan tentang budaya antri, kejujuran, dan lain sebagainya.
Penelitian menunjukkan, seseorang yang stimulasinya bagus, otaknya lebih rapat dibanding orang yang jarang distimulasi. "Kerapatan ini berkaitan dengan pertambahan koneksi antar sel otak," ucap Bobby.
Pembentukan kebiasaan baru akan membentuk koneksi baru, sedangkan pengulangan akan memperkuat koneksi sel lama. "Berikan anak berbagai stimulasi dan lakukan pengulangan sesering mungkin agar terus terbentuk sambungan antar sel-sel otak," katanya.
Tentu saja yang tidak kalah penting ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menimbulkan stres pada anak. Lakukan kegiatan belajar di luar kelas, diskusi kelompok, permainan menarik, dan berbagai cara lain yang mampu menggali ketertarikan anak.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Salah satunya adalah karena cara belajar yang salah. Menurut Bobby Hartanto, M.Psi, pakar bidang sumber daya manusia, masih banyak guru dan orangtua yang belum memahami gaya belajar anak.
"Ada orang-orang yang lebih mudah mengingat bila materi pelajaran diberikan lewat gambar, ada juga yang lebih suka mendengarkan, dan ada yang lewat gerakan. Beda gaya belajarnya, beda pula stimulasinya," katanya dalam acara seminar mengenai tumbuh kembang anak yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta (22/7).
Untuk anak-anak yang memiliki gaya belajar auditori, anak sudah cukup menangkap pelajaran dengan mendengarkan penjelasan guru. Namun anak tipe visual memerlukan gambar-gambar peraga. Sebaliknya dengan anak tipe kinestetik yang membutuhkan gerakan atau rabaan.
"Sebenarnya akan lebih baik kalau semua aspek tersebut dipakai. Karena makin varitif caranya, makin mudah anak mengingat materi yang disampaikan," paparnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua dan pendidik adalah memahami bagaimana cara kerja otak. "Otak manusia menyukai warna dan gambar. Karena itulah sebuah gambar akan bermakna lebih dari 1000 kata," urainya.
Untuk menyampaikan pesan atau nilai tertentu, Bobby menyarankan agar diberikan dalam bentuk poster bergambar dan berwarna. Misalnya untuk menyampaikan tentang budaya antri, kejujuran, dan lain sebagainya.
Penelitian menunjukkan, seseorang yang stimulasinya bagus, otaknya lebih rapat dibanding orang yang jarang distimulasi. "Kerapatan ini berkaitan dengan pertambahan koneksi antar sel otak," ucap Bobby.
Pembentukan kebiasaan baru akan membentuk koneksi baru, sedangkan pengulangan akan memperkuat koneksi sel lama. "Berikan anak berbagai stimulasi dan lakukan pengulangan sesering mungkin agar terus terbentuk sambungan antar sel-sel otak," katanya.
Tentu saja yang tidak kalah penting ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menimbulkan stres pada anak. Lakukan kegiatan belajar di luar kelas, diskusi kelompok, permainan menarik, dan berbagai cara lain yang mampu menggali ketertarikan anak.
Komentar
Posting Komentar